Sesungguhnya saya tidak mempercayai ketuhanannya, dan bahkan saya meragukan apakah ia benar-benar pernah eksis. Tapi, ketika saya membaca kisah-kisahnya…sungguh dia adalah orang baik. Sepanjang hidupnya, tak ada darah tumpah di tangannya. Tangannya bersih, benar-benar bersih dari lumuran darah. Dia berkata “Berbahagialah orang yang membuat damai, berbahagialah orang yang penuh kemurahan, karena mereka akan diberi kemurahan”.
Kisah-kisah hidupnya menggambarkan bahwa ia adalah sosok yang penuh cinta kasih. Yesus adalah manusia cinta damai. Dia ajarkan orang untuk memaafkan dosa orang lain, menemukan balok dimata sendiri sebelum mencari noda dimata orang lain, jangan melempar batu jika berdosa, mencintai tetangga dan bahkan memberi pipi kanan jika ditampar yang kiri. Semua itu berjalan dalam prinsip-prinsip hukum emas: “sebagaimana kamu menghendaki supaya orang berbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”.
Yesus dikatakan tidak pernah membalas mereka yang melakukan kejahatan terhadap diri-Nya, malahan ia berkata: “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Pemberian maaf adalah tanda keluhuran budi. Itulah Yesus. Setiap orang yang terbuka pikirannya pasti menyadari bahwa pembunuhan bukanlah perilaku seorang yang mengaku dirinya utusan Tuhan. Pembunuhan adalah perilaku seorang penakluk, bukan perilaku seorang utusan Tuhan. Jika Tuhan itu ada, tak mungkin ia mengirim seorang pembunuh untuk memperkenalkan diri-Nya.
Aku belum pernah baca bahwa Yesus pernah membunuh tawanan perangnya, membunuh para pengkritiknya, atau pun menyatakan kebencian pada kelompok orang yang memusuhinya. Ajarannya murni cinta kasih. Perilakunya juga sama, murni cinta kasih. Hidupnya adalah cinta kasih. Satu-satunya yang berarti dalam hidup ini memang adalah cinta kasih. Kasih itu absolut dan riil, sedangkan kebencian adalah penyakit, lebih jauh lagi: kebencian adalah kutukan. Hanya orang gila yang mengajarkan kebencian pada orang di luar kelompoknya. Yesus mengajarkan kasih, dan bahkan Dia adalah kasih itu sendiri.
Kini aku memandangi indahnya pohon Natal yang bertaburan di mal-mal, ada pula si gendut Santa Claus. Bagiku, semuanya adalah simbol kebahagiaan–dan kebahagiaan itu universal! Semua orang pasti ingin bahagia, apalagi di hari raya. Semua agama punya kesamaan dalam merayakan hari raya. Semua menyembah Tuhan, berkumpul bersama orang-orang tersayang, dan membahagiakan sesama. Semoga saat ini semua umat Kristiani berbahagia.
Demikianlah, dongeng buruk akan berbuah buruk, dongeng baik akan berbuah baik, dongeng kasih akan berbuah kasih.
SELAMAT NATAL "MERRY CHRISTMAS"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar